Month: Agustus 2016

Menamai Allah

Dalam bukunya The God I Don’t Understand (Allah yang Tak Kumengerti), Christopher Wright menyebutkan bahwa salah satu orang pertama di Alkitab yang memberikan nama kepada Allah adalah seseorang yang tak pernah kita sangka, yaitu Hagar!

Juru Bicara Allah

Saya merasa tegang saat menunggu dering telepon dan wawancara radio yang akan segera dimulai. Saya memikirkan tentang pertanyaan yang akan diajukan si penyiar dan bagaimana saya harus menjawabnya. “Tuhan, aku lebih memilih untuk menulis,” doa saya. “Tetapi aku rasa sama seperti Musa—aku harus percaya Engkau akan menolongku dalam berkata-kata.”

Hidup Terhormat

Dalam pidato yang disiarkan secara luas, seorang pemimpin dan negarawan yang terpandang menarik perhatian warganya saat ia menyatakan bahwa banyak dari anggota parlemen (DPR) yang terhormat di negaranya ternyata bersikap kurang terhormat. Dengan menyebutkan keburukan-keburukan para anggota parlemen, seperti gaya hidup korupsi, sikap yang angkuh, ucapan yang tidak patut, ia mengecam dan mendesak mereka untuk memperbaiki diri. Tidak mengherankan, komentarnya itu tidak diterima baik oleh para anggota parlemen yang membalas dengan mengkritik balik kelakuan sang pemimpin itu.

Mengingat . . .

Salah satu ketakutan yang dialami seiring dengan usia yang semakin lanjut adalah penyakit demensia (kemerosotan fungsi otak) dan hilangnya memori jangka pendek. Namun Dr. Benjamin Mast, seorang ahli penyakit Alzheimer, memberikan informasi yang membesarkan hati. Ia berkata bahwa otak pasien yang menderita demensia sudah begitu sering “digunakan” dan “terbiasa” sehingga ketika mendengar sebuah pujian lama, mereka bisa ikut menyanyikan setiap lirik dari lagu itu. Ia menyatakan bahwa disiplin rohani seperti membaca Kitab Suci, berdoa, dan menyanyikan puji-pujian, dapat “menanamkan” kebenaran dalam otak kita. Kebenaran itu bisa diakses kapan saja ketika ingatan itu dipicu.

Berjaga-jaga dan Berdoa

Dari jendela rumah, saya dapat melihat bukit setinggi 1.700 meter yang disebut Cerro del Borrego atau “Bukit Domba”. Pada tahun 1862, pasukan Prancis datang menyerbu Meksiko. Mereka berkemah di tengah taman Orizaba, sementara tentara Meksiko menempati posisi di puncak bukit. Namun, jenderal dari pasukan Meksiko lalai menjaga jalur masuk menuju puncak bukit itu. Akhirnya, tentara-tentara Prancis pun menyerang dan membunuh 2.000 tentara Meksiko yang tengah tertidur.